1. Mishostira
Mishostira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Erot. Sifatnya sangat bijaksana, Humoris, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Buja (budak aja), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia
menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Cijambu berakhir dan mengadakan upacara Bendera demi menyatukan kerajaan-kerajaan Tanjungsari Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Geulis bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan seblak.
2. Ajuna
Ajuna merupakan putra bungsu Erot dengan Aja. Namanya (dalam bahasa Alay) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Ajuna memiliki kemahiran dalam ilmu menggombal dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Cilung. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Gunung Manik. Ajuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Bendera yang diselenggarakan Mishosstira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di puskopad); Burot (budak Erot – karena ia merupakan putra Perta alias Erot). Dalam pertempuran di Gunung Manik, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Mishostira diangkat menjadi raja. Setelah Mishostira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Geulis bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawi. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai Jelekong.
3. Bimabudin
Bimabudin merupakan putra kedua Erot dengan Aja. Nama bhimā dalam bahasa Alay memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bimabudin sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata tongsis. Senjata tongsisnya bernama Seblakpala dan pandai memasak. Bimabudin juga gemar makan sehingga dijuluki Demplon. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Gunung Manik. Ia memiliki seorang putera dari ras timur bernama Gatotkecap, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bimabudin memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Mishostira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Geulis. Di sana ia meninggal dan mendapatkan Sublak. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkecap ialah Yasul dan Pupu.
4. Nakuzal
Nakuzal merupakan salah satu putera kembar pasangan Desti dan Aja. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Yanto, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Rizfiwa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Yanto juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Erot, istri Aja yang lain. Nakuzal pandai memainkan senjata tongsis. Susi berkata bahwa Nakuzal merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria bertongsis yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Mishostira. Dalam penyamaran di Kerajaan Mancho yang dipimpin oleh Raja Wirayeng, ia berperan sebagai pengasuh janda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Geulis bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai Jelekong.
5. Rizfiwa
Rizfiwa merupakan salah satu putera kembar pasangan Desti dan Aja. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Yanto, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakuzal, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Yanto juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Erot, istri Aja yang lain. Rizfiwa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Rizfiwa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu Maledog. Mishostira pernah berkata bahwa Rizfiwa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Cilung, guru para Orang Pinggiran. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Mancho yang dipimpin oleh Raja Wirayeng, ia berperan sebagai pengembala Janda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Geulis bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai Jelekong.
Mishostira merupakan saudara para Pandawa yang paling tua. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama dan lahir dari Erot. Sifatnya sangat bijaksana, Humoris, tidak memiliki musuh, dan hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi dan suka mema’afkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Memiliki julukan Buja (budak aja), Ajathasatru (yang tidak memiliki musuh), dan Bhārata (keturunan Maharaja Bharata). Ia
menjadi seorang Maharaja dunia setelah perang akbar di Cijambu berakhir dan mengadakan upacara Bendera demi menyatukan kerajaan-kerajaan Tanjungsari Kuno agar berada di bawah pengaruhnya. Setelah pensiun, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Geulis bersama dengan saudara-saudaranya yang lain sebagai tujuan akhir kehidupan mereka. Setelah menempuh perjalanan panjang, ia mendapatkan seblak.
2. Ajuna
Ajuna merupakan putra bungsu Erot dengan Aja. Namanya (dalam bahasa Alay) memiliki arti "yang bersinar", "yang bercahaya". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Ajuna memiliki kemahiran dalam ilmu menggombal dan dianggap sebagai ksatria terbaik oleh Cilung. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran akbar di Gunung Manik. Ajuna memiliki banyak nama panggilan, seperti misalnya Dhananjaya (perebut kekayaan – karena ia berhasil mengumpulkan upeti saat upacara Bendera yang diselenggarakan Mishosstira); Kirti (yang bermahkota indah – karena ia diberi mahkota indah oleh Dewa Indra saat berada di puskopad); Burot (budak Erot – karena ia merupakan putra Perta alias Erot). Dalam pertempuran di Gunung Manik, ia berhasil memperoleh kemenangan dan Mishostira diangkat menjadi raja. Setelah Mishostira mangkat, ia melakukan perjalanan suci ke gunung Geulis bersama para Pandawa dan melepaskan segala kehidupan duniawi. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan mencapai Jelekong.
3. Bimabudin
Bimabudin merupakan putra kedua Erot dengan Aja. Nama bhimā dalam bahasa Alay memiliki arti "mengerikan". Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bimabudin sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata tongsis. Senjata tongsisnya bernama Seblakpala dan pandai memasak. Bimabudin juga gemar makan sehingga dijuluki Demplon. Kemahirannya dalam berperang sangat dibutuhkan oleh para Pandawa agar mereka mampu memperoleh kemenangan dalam pertempuran akbar di Gunung Manik. Ia memiliki seorang putera dari ras timur bernama Gatotkecap, turut serta membantu ayahnya berperang, namun gugur. Akhirnya Bimabudin memenangkan peperangan dan menyerahkan tahta kepada kakaknya, Mishostira. Menjelang akhir hidupnya, ia melakukan perjalanan suci bersama para Pandawa ke gunung Geulis. Di sana ia meninggal dan mendapatkan Sublak. Dalam pewayangan Jawa, dua putranya yang lain selain Gatotkecap ialah Yasul dan Pupu.
4. Nakuzal
Nakuzal merupakan salah satu putera kembar pasangan Desti dan Aja. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Yanto, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Rizfiwa, yang lebih kecil darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Yanto juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama adiknya diasuh oleh Erot, istri Aja yang lain. Nakuzal pandai memainkan senjata tongsis. Susi berkata bahwa Nakuzal merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria bertongsis yang tangguh. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam masa pengasingan di hutan, Nakula dan tiga Pandawa yang lainnya sempat meninggal karena minum racun, namun ia hidup kembali atas permohonan Mishostira. Dalam penyamaran di Kerajaan Mancho yang dipimpin oleh Raja Wirayeng, ia berperan sebagai pengasuh janda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Geulis bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai Jelekong.
5. Rizfiwa
Rizfiwa merupakan salah satu putera kembar pasangan Desti dan Aja. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Yanto, Sang Dewa pengobatan. Saudara kembarnya bernama Nakuzal, yang lebih besar darinya, dan merupakan penjelmaan Dewa Yanto juga. Setelah kedua orangtuanya meninggal, ia bersama kakaknya diasuh oleh Erot, istri Aja yang lain. Rizfiwa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Rizfiwa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu Maledog. Mishostira pernah berkata bahwa Rizfiwa merupakan pria yang bijaksana, setara dengan Cilung, guru para Orang Pinggiran. Ia giat bekerja dan senang melayani kakak-kakaknya. Dalam penyamaran di Kerajaan Mancho yang dipimpin oleh Raja Wirayeng, ia berperan sebagai pengembala Janda. Menjelang akhir hidupnya, ia mengikuti pejalanan suci ke gunung Geulis bersama kakak-kakaknya. Di sana ia meninggal dalam perjalanan dan arwahnya mencapai Jelekong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar