Rabu, 30 Desember 2015

Cinta Diakhir Senja [cerpen]



          Suroso adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga berada. Ia tinggal di suatu komplek elit di sebuah kota besar. Ia adalah pemuda biasa yang terbiasa sendiri. Setiap hari ia menjalani aktifitasnya sendiri, karena kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaannya. Ia selalu jenuh dan bosan setiap saat. Di sekolah Suroso memiliki banyak teman, namun sebagaimana pun serunya teman suroso, tidak bisa menghapuskan rasa kesepian di hati Suroso.
Bahkan terkadang ia lebih memilih berjalan sendiri ke mol atau taman. Namun sama saja, disaat lalu lalang keramaian kota berseruak, Suroso tetap merasa sepi. Terkadang dalam keramaian, Suroso memilih duduk lalu membuka laptop dan menulis. Dengan menulis Suroso merasa lebih baik, karena dengan menulis Ia bisa mencurahkan keluh kesahnya dengan bebas, yang tak tahu harus diungkapkan kepada siapa.
Walau tak jarang Suroso menulis di keramaian, namun tempat favorit Suroso untuk menulis adalah di bukit belakang komplek. Di sana Ia merasa tenang, dan bisa melihat keindahan kota yang tidak bisa dilihat dari sudut lain manapun di kota itu. Di bawah pohon yang bergoyang tertiup angin, suroso merasa bahagia. Walaupun hakikatnya dengan duduk di bawah pohon sendiri membuat suroso lebih sepi. Namun berbeda, dengan ia menulis dibawah pohon, ia merasakan ketenangan yang sangat jarang dirasakannya. Ia dapat menulis apa yang ia rasakan dengan tenang dan damai.
Pada suatu hari, ketika Ia hendak berjalan menuju tempat favoritnya. Dari kejauhan Ia melihat seseorang yang telah menduduki tempatnya. Kemudian Ia mengamati orang itu dari kejauhan. Ternyata orang itu adalah Monika, Anak yang bisa dibilang cukup terkenal di sekolahnya. Selain karena Ia cantik, baik, dan Pintar saja, Monika juga dikenal sebagai anak yang sangat aktif disekolah dengan organisasi-organisasi dan eksku-ekskul yang ia ikuti di sekolah. Berbanding terbalik dengan Suroso yang tidak banyak orang mengenalnya di sekolah. Mungkin karena di sekolah, Suroso tidak mengikuti ekskul-ekskul atau organisasi-organisasi seperti Monika. Karena Suroso adalah orang yang pemalu dan jarang berinteraksi dengan wanita, Suroso memilih untuk pergi dan membiarkan Monika yang sedang asik melukis ditempat favoritnya.
Keesokan harinya Ia kembali pergi ke tempat itu, namun sama, Monika masih saja ada di tempat itu. Namun, karena Suroso sudah ngebet ingin menulis di situ. Ia memberanikan diri untuk datang dan berbicara pada Monika.
“Maaf, itu tempat saya.” Ucap Suroso dengan tegas.
“Aku sudah tahu.” Jawab Monika sambil tersenyum ke arah Suroso.
“Darimana kau tahu?.” Tanya Suroso.
“Ketika aku pulang sore selesai ekskul, aku sering melihatmu berjalan pulang dari arah sini dan itu membuatku penasaran hingga membawaku ke tempat yang luarbiasa ini. Oh iya, ngomong-ngomong bolehkah aku tahu namamu?” Jawab Monika.
“Namaku Suroso, kelas XI-IPS-3.” Jawab Suroso.
“Oh maaf, aku kira kita tidak berada satu sekolah yang sama. Soalnya aku jarang melihatmu disekolah, aku lebih sering melihatmu berjalan di sekitar sini. Jadi, bolehkah kamu berbagi tempatmu ini dengan ku” Ucap Monika.
“Boleh,” Jawab Suroso dengan malu.
Akhirnya Suroso berteman dengan Monika. Dan setiap senja di malam minggu mereka melukis dan menulis bersama di tempat itu, sambil saling bercerita tentang hidup mereka masing-masing. Suroso merasa iri kepada Monika, yang dikenal banyak orang dan memiliki kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Dan ternyata Monika pun iri kepada Suroso yang bisa bebas kapan saja menghabiskan waktu di tempat itu. Dan akhirnya Suroso tahu bahwa anak yang aktif dan terkenal di sekolah seperti Monika pun merasa sepi. Mereka terus bercerita dan berbagi pengalaman hingga akhirnya Suroso menaruh rasa suka pada Monika. Namun Suroso tidak berani mengungkapkannya.
Berbulan-bulan mereka melewatinya dengan bersama. Pada suatu hari, Suroso menunggu Monika dengan rasa bahagia di tempat itu, karena tulisan yang ditulisnya saat bersama Monika telah dicetak sebagai sebuah novel dan Ia ingin memberikan novel tersebut kepada Monika. Dan sekaligus pada saat bersamaan dengan senja yang bersinar di barat, Suroso ingin mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Monika. Kemudian Monika datang, dan Suroso merasa kebingungan karena tidak seperti biasanya, Monika datang hanya membawa sehelai kain dan  tidak membawa kuas dan kanvas yang biasa ia bawa. Kemudian dengan sedih Monika berlari dan memeluk Suroso dengan erat.
“Ada apa mon?, tidak biasanya kamu seperti ini.” Tanya Suroso.
“Aku harus meninggalkan tempat ini, dan pindah ke luar kota.” Jawab Monika sambil meneteskan Air Mata.
Kemudian Monika memberikan Sapu tangan yang telah dia buat. Kemudian Suroso melebarkan sapu tangan itu, dan dalam sapu tangan itu terdapat gambar wajah Suroso dan dibaliknya terdapat tulisan “I Love You”. Ternyata itu adalah sapu tangan tanda cinta Monika kepada Suroso. Suroso hanya bisa terdiam, kemudian sekali lagi Monika memeluk Suroso dengan erat, lalu berlari pergi meninggalkan Suroso. Suroso yang kaget hanya bisa terdiam dalam waktu yang lama, hingga lupa bahwa novel yang telah dibuatnya belum diberikan kepada Monika. Kemudian Suroso berlari sekancang mungkin mengejar Monika. Sesampainya di rumah Monika, Suroso mencari dan mencari Monika, namun Suroso tidak dapat menemukannya. Dengan sedih Ia meletakan novel itu di Mobil bak pindahan yang terparkir di depan rumah Monika dan pergi. Ia berharap suatu saat Monika membaca novelnya, yang berisi tentang kehidupannya perasaan cintanya kepada Monika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar