Suroso adalah seorang pemuda yang berasal dari keluarga berada.
Ia tinggal di suatu komplek elit di sebuah kota besar. Ia adalah pemuda biasa
yang terbiasa sendiri. Setiap hari ia menjalani aktifitasnya sendiri, karena
kedua orangtuanya sibuk dengan pekerjaannya. Ia selalu jenuh dan bosan setiap
saat. Di sekolah Suroso memiliki banyak teman, namun sebagaimana pun serunya
teman suroso, tidak bisa menghapuskan rasa kesepian di hati Suroso.
Bahkan terkadang
ia lebih memilih berjalan sendiri ke mol atau taman. Namun sama saja, disaat
lalu lalang keramaian kota berseruak, Suroso tetap merasa sepi. Terkadang dalam
keramaian, Suroso memilih duduk lalu membuka laptop dan menulis. Dengan menulis
Suroso merasa lebih baik, karena dengan menulis Ia bisa mencurahkan keluh kesahnya
dengan bebas, yang tak tahu harus diungkapkan kepada siapa.
Walau tak jarang Suroso menulis di keramaian,
namun tempat favorit Suroso untuk menulis adalah di bukit belakang komplek. Di
sana Ia merasa tenang, dan bisa melihat keindahan kota yang tidak bisa dilihat
dari sudut lain manapun di kota itu. Di bawah pohon yang bergoyang tertiup
angin, suroso merasa bahagia. Walaupun hakikatnya dengan duduk di bawah pohon
sendiri membuat suroso lebih sepi. Namun berbeda, dengan ia menulis dibawah
pohon, ia merasakan ketenangan yang sangat jarang dirasakannya. Ia dapat
menulis apa yang ia rasakan dengan tenang dan damai.
Pada suatu hari, ketika Ia hendak
berjalan menuju tempat favoritnya. Dari kejauhan Ia melihat seseorang yang
telah menduduki tempatnya. Kemudian Ia mengamati orang itu dari kejauhan. Ternyata
orang itu adalah Monika, Anak yang bisa dibilang cukup terkenal di sekolahnya.
Selain karena Ia cantik, baik, dan Pintar saja, Monika juga dikenal sebagai
anak yang sangat aktif disekolah dengan organisasi-organisasi dan eksku-ekskul
yang ia ikuti di sekolah. Berbanding terbalik dengan Suroso yang tidak banyak
orang mengenalnya di sekolah. Mungkin karena di sekolah, Suroso tidak mengikuti
ekskul-ekskul atau organisasi-organisasi seperti Monika. Karena Suroso adalah
orang yang pemalu dan jarang berinteraksi dengan wanita, Suroso memilih untuk
pergi dan membiarkan Monika yang sedang asik melukis ditempat favoritnya.
Keesokan harinya Ia kembali pergi ke
tempat itu, namun sama, Monika masih saja ada di tempat itu. Namun, karena
Suroso sudah ngebet ingin menulis di situ. Ia memberanikan diri untuk datang
dan berbicara pada Monika.
“Maaf, itu tempat saya.” Ucap Suroso
dengan tegas.
“Aku sudah tahu.” Jawab Monika sambil
tersenyum ke arah Suroso.
“Darimana kau tahu?.” Tanya Suroso.
“Ketika aku pulang sore selesai
ekskul, aku sering melihatmu berjalan pulang dari arah sini dan itu membuatku
penasaran hingga membawaku ke tempat yang luarbiasa ini. Oh iya,
ngomong-ngomong bolehkah aku tahu namamu?” Jawab Monika.
“Namaku Suroso, kelas XI-IPS-3.”
Jawab Suroso.
“Oh maaf, aku kira kita tidak berada
satu sekolah yang sama. Soalnya aku jarang melihatmu disekolah, aku lebih
sering melihatmu berjalan di sekitar sini. Jadi, bolehkah kamu berbagi tempatmu
ini dengan ku” Ucap Monika.
“Boleh,” Jawab Suroso dengan malu.
Akhirnya Suroso berteman dengan
Monika. Dan setiap senja di malam minggu mereka melukis dan menulis bersama di
tempat itu, sambil saling bercerita tentang hidup mereka masing-masing. Suroso
merasa iri kepada Monika, yang dikenal banyak orang dan memiliki
kegiatan-kegiatan yang menyenangkan. Dan ternyata Monika pun iri kepada Suroso
yang bisa bebas kapan saja menghabiskan waktu di tempat itu. Dan akhirnya
Suroso tahu bahwa anak yang aktif dan terkenal di sekolah seperti Monika pun
merasa sepi. Mereka terus bercerita dan berbagi pengalaman hingga akhirnya
Suroso menaruh rasa suka pada Monika. Namun Suroso tidak berani
mengungkapkannya.
Berbulan-bulan mereka melewatinya
dengan bersama. Pada suatu hari, Suroso menunggu Monika dengan rasa bahagia di
tempat itu, karena tulisan yang ditulisnya saat bersama Monika telah dicetak
sebagai sebuah novel dan Ia ingin memberikan novel tersebut kepada Monika. Dan
sekaligus pada saat bersamaan dengan senja yang bersinar di barat, Suroso ingin
mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya kepada Monika. Kemudian Monika
datang, dan Suroso merasa kebingungan karena tidak seperti biasanya, Monika
datang hanya membawa sehelai kain dan tidak
membawa kuas dan kanvas yang biasa ia bawa. Kemudian dengan sedih Monika
berlari dan memeluk Suroso dengan erat.
“Ada apa mon?, tidak biasanya kamu
seperti ini.” Tanya Suroso.
“Aku harus meninggalkan tempat ini,
dan pindah ke luar kota.” Jawab Monika sambil meneteskan Air Mata.
Kemudian Monika memberikan Sapu
tangan yang telah dia buat. Kemudian Suroso melebarkan sapu tangan itu, dan
dalam sapu tangan itu terdapat gambar wajah Suroso dan dibaliknya terdapat
tulisan “I Love You”. Ternyata itu adalah sapu tangan tanda cinta Monika kepada
Suroso. Suroso hanya bisa terdiam, kemudian sekali lagi Monika memeluk Suroso
dengan erat, lalu berlari pergi meninggalkan Suroso. Suroso yang kaget hanya
bisa terdiam dalam waktu yang lama, hingga lupa bahwa novel yang telah
dibuatnya belum diberikan kepada Monika. Kemudian Suroso berlari sekancang
mungkin mengejar Monika. Sesampainya di rumah Monika, Suroso mencari dan
mencari Monika, namun Suroso tidak dapat menemukannya. Dengan sedih Ia meletakan
novel itu di Mobil bak pindahan yang terparkir di depan rumah Monika dan pergi.
Ia berharap suatu saat Monika membaca novelnya, yang berisi tentang kehidupannya
perasaan cintanya kepada Monika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar